ChatGPT yang diprakarsai oleh perusahaan OPEN AI miliki Elon Musk dan Sam Altman telah dibincangkan berbagai kalangan. ChatGPT ini menggunakan algoritma yang disebut sebagai model Bahasa alami (natural Language processing) untuk mempelajari dan memahami pola Bahasa yang ada dalam sebuah teks. Sehingga ChatGPT ini dapat membangun model Bahasa yang canggih dan membuat susunan kalimat yang hampir akurat.
Berkat kehadiran dan akurasi teks yang dihasilkan oleh ChatGPT ini telah membuka peluang bagi civitas akademi dalam untuk menyelesai pekerjaan atau tugas-tugasnya. Namum ada beberapa kalangan akademisi mencemaskan penggunaan ChatGP dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. Bahkan beberapa universitas telah mulai mencari cara agar mahasiswa tidak secara berlebihan menggunakan ChatGPT. Seorang youtuber indra Nugroho menjelaskan dalam channel youtubenya bahwa ada sekitar 6000 dosen dari Harvard, yale university, dan University of Rhode Island telah mengajukan GPTZero sebagai alat untuk mendeteksi teks yang dihasilkan oleh AI. Bahkan Turnitin sebagai aplikasi pengecek plagiasi telah mulai menambahkan fitur untuk mendeteksi hal tersebut.
Wajar saja apabila beberapa kalangan akademisi dari berbagai universtias mulai resah dengan adanya ChatGPT ini. Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas mereka hanya dengan menyalin tanpa memahami isi dari tulisan tersebut. Sehingga hal ini dapat mengurangi kemampuan dalam berpikir kritis dan menghasilkan ide-ide yang inovatif. Tentu masih banyak lagi hal-hal yang memberatkan ChatGPT ini untuk diterima sebagai sebuah alat yang dapat digunakan di kalangan akademisi dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.
Ada beberapa kelemahan ChatGPT sebagai berikut.
Disamping itu, ChatGPT tidak dapat diabaikan begitu saja. Alat ini dapat membantu civitas akademi dalam mengumpulkan informasi, pengetahuan yang dibutuhkan untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang tertentu. Selain itu ChatGPT dapat membantu akademisi dalam meningkatkan produktivitas, mendapatkan ide-ide baru, dan mendukung penelitian dan pengembangan dalam bidang tertentu.
Masih banyak lagi manfaat dari ChatGPT bagi kalangan civitas akademi, tetapi perlu dingat bahwa ChatGPT hanyalah alat yang dapat membantu kita dalam menyelesaikan pekerjaan maka kita perlu memiliki kesadaran kritis dan bijaksana dalam menggunakannya.